HASIL
ANALISA PUSTAKAWAN ABAD 21
Pustakawan adalah makhluk yang diberi
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan
kehidupan. Perubahan yang terus menerus secara global menuntut pustakawan
beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi dan kondisi yang seringkali
tidak dapat diprediksi. Tingkat keragaman dan kedalam permasalahan sangat
tinggi karena berada dalam koridor konteks yang kompleks. pustakawan dituntut
memikirkan dan bertindak dengan berbagai cara untuk dapat menguraikan
kompleksitas tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghadapi tantatangan, untuk itulah pustakawan membutuhkan
kretaivitas. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci awal
pustakawan memiliki kreativitas.
Pustakawan di Abad 21 menghadapi
masalah semakin kompleks untuk mengatasi masalah ini, pustakawan perlu
menghasilkan atau memikir suatu hal yang baru dalam dunia perpustakaan apakah
mengkontruksi, inovoasi, presentatif dengan berbagai pendekatan. Pustakawan
abad ke-21 harus memiliki keahlian yang memungkinkan pustakawan untuk
mengeksplorasi kreativitas, untuk mencari dan mengevaluasi informasi kritis,
untuk bekerja produktif sebagai pustakawan, dan untuk secara efektif
mengkomunikasikan multi task kepada orang lain.
Kompetensi Pustakawan
Abad 21
Kemajuan perpustakaan tidak terlepas
dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karenanya kreativitas perlu
disalurkan. Dimana di era teknologi tidak lepas dari peran seorang pustakawan
untuk kratif dalam berbagai kegiataan (multi Task) yang harus diterapakan dalam
kehidupan seorang pustakawan. Pustakawan sebagai gawang peradaban informasi,
mediator, fasilator harus mampu meningkat kreativitasnya. Bukan saatnya lagi
pustakawan sebagai pelayan perpustakaan atau menunggu pelanggan yang meminjam
jasa mereka. Bahwa peran pustakawan semakin berkembang dari waktu ke waktu
tidak hanya melayani dan display buku. Namun peran pustakawan adalah MultiTask
seperti hard skill yaitu penguasaan teknis dan detail bidang kepustakawanan
serta keperpustakaan sedangkan soft skil yakni berkaitan dengan kemampuan
berpikir strategis sebagai perumus kebijakan, wawasan masa depan (forward
looking), dan kemampuan perencanaan strategis, kemampuan manajerial, kemampuan
komunikasi publik, dan lainnya tentang perpustakaan.
Tujuan dari hal tersebut pustakawan
mampu berkompetensi sehingga akan memberi citra positif pada pustakawan dan
kinerja pustakawan meningkat. Dimana selama ini Stereotipe pustakawan sangat
ironis seperti pustakawan adalah bekerja buangan karena anggapan masyarakat
dipengaruhi oleh budaya kerja pustakawan misalanya kerja pustakawan hanya
sebatas pelayanan dan tidak ramah pada penggunjung. Ini merupakan salah satu
indikator pustakawan belum kreatif. Sedangkan kita tahu di Abad 21 diberbagai
profesi mengutamakan serta menjunjungi tinggi nama kreativias dan inovatif.
Peranan pustakawan turut mendistribusikan kretivitas dalam bidang informasi dan
menjaga keterbelakangan masyarakat dari informasi serta teknologi yang
berkembang cepat adalah kenyataan yang tidak dipungkiri agar pustakawan dapat
melakukan produktifitasnya dalam segala bidang. Peranan ini akan dapat berhasil
dan tepat guna apabila fungsi pustakawan menumbuhkan kreativitas dilakukan
secara profesional.
Oleh sebab itu bagaimana pustakawan
menciptakan suatu hal yang tak pernah terpikir oleh orang lain, sehingga mampu
memberi kepuasaan kepada pelanggan serta mengangkat citra pustakawan dikenal
maungnya ditengah masyarakat. Namun mencermati perkembangan di Abad 21
manajemen pustakawan dan kaitannya dengan kompetensi pustakawan menurut
Hakrisyati Kamil (2005) bahwa pustakawan Indonesia pada umumnya memiliki
keterbatasan antara lain:
1.
Kurang memiliki pengetahuan bisnis
2.
Pustakawan
tidak memikili kemampuan untuk bergerak secara bersamaan dalam ruang lingkup
informasi, organisasi dan sasaran organisasi
3.
Kemampuan
kerjasama sebagai dalam kelompok dan juga kepemimpinannya tidak memadai untuk
posisi strategis dan
4.
Kurang
memiliki kemampuan manajerial.
Kemudian secara realitas kebanyakan
pustakawan Indonesia tidak bangga berprofesi sebagai pustakawan yang bekerja
diperpustakaan. Bagaimana untuk kreatif sedangkan mencintai dan mengatakan
pustakawan saja kepada masyarakat luas bahwa “aku adalah pustakawan” saja sudah
tidak berani. Sebab salah satu indakator mampu membangkit kreativitas adalah
adanya dorongan (motivasi) mencintai profesinya. Melalui kecintai tersebutlah
mampu membangkit kreativitas dan keasyikkan dalam bekerja. Pengakuan masyarakat
terhadap profesi pustakawan juga dapat diciptakan melalui kepercayaan diri
pustakawan baik secara akademis maupun secara profesional. Ada pertanyaan besar
dalam masyarakat luas yang masih meragukan apakah pustakawan mampu menghadapi
tantangan baru dan menjadi pustakawan kreatif di Abad 21?
1. Katagori Kreativitas
Dalam hal ini, Rhodes mengategorikan
kreativitas menjadi 4 (Dalam Utami, 2002:26) antara lain sebagai berikut:
1.
Person
(pribadi kreatif), menjadi motor sekaligus pondasi bagi tumbuhnya
aktivitas-aktivitas kreatif.
2.
Process (proses kreatif) menghasilkan atmosfir
kerja untuk selalu menghasilkan ide-ide dalam mendukung aktivitas kreatif.
3.
Press
(dorongan/ dukungan lingkungan), mempengaruhi variasi/ aneka ragam aktivitas
kreatif.
4.
Product
(produk kreatif), menjadi andalan bagi aktivitas kreatif untuk selalu
dimanfaatkan pelanggan perpustakaan.
Kreativtias pustakawan
tidak hanya dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan konseptual dan
teoritikal mengenai berbagai masalah informasi dan masalah sosial yang terkait
dan dengan kemampuan pustakawan analisis untuk menciptakan produk baru
diperpustakaan. Hanya dengan berpikir secara teoritis yang berjenjang serta
viosioner akan dapat meningkat kreativitas pustakawan. Pustakawan membutuhkan
satu lembaga atau komunitas ilmiah maupun nonilmiah bagaimana cara mengkaji
masalah-masalah meningkatkan strategi kreativitas pustakawan pada Abad 21.
Melalui berbagai kegiatan penelitian, pengkajian, seminar yang dilakukannya oleh
komunitas pustakawan mampu merekomendasikan kreatifitas objektif dapat
dipertanggungawabkan. Sund (dalam Munandar 1987: 37) menyatakan bahwa individu
dengan potensi kreatif memiliki ciri-ciri berikut:
1.
Hasrat
ingin tahu yang besar
2.
Bersikap
terbuka terhadap pengalaman baru
3.
Panjang
akal,
4.
Keinginan
untuk menemukan dan meneliti,
5.
Cenderung
lebih menyukai tugas yang berat dan sulit,
6.
Cenderung
mencari jawaban yang luas dan memuaskan
7.
Memiliki
dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
8.
berfikir
fleksibel
9.
Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta
cenderung member jawaban lebih banyak
10.
Kemampuan membuat analisis dan sintesis
11.
Memiliki
semangat bertanya serta meneliti
12.
Memiliki
daya abstraksi yang cukup baik, dan
13.
Memiliki
latar belakang membaca yang cukup luas.
Secara definitif dapat ditarik sebuah
benang merah bahwa kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Dari kedua
bentuk sikap kreatif baik secara kognitif maupun afektif bagi pustakawan perlu
dikembangkan. Hal ini dilatar belakangi pustakawan sebagai pengemas dan penyaji
informasi yang bekerja secara aktif dan efektif.
Berdasarkan uraian di atas maka, kreativitas pustakawan yang menjadi fokus adalah bagaimana aplikasi pengembangan berfikir dan bersikap kreatif yang perlu dikembangkan pustakawan dalam mengelola perpustakaan sebagai pusat informasi. Sehingga adanya kreativitas pustakawan mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan.
Berdasarkan uraian di atas maka, kreativitas pustakawan yang menjadi fokus adalah bagaimana aplikasi pengembangan berfikir dan bersikap kreatif yang perlu dikembangkan pustakawan dalam mengelola perpustakaan sebagai pusat informasi. Sehingga adanya kreativitas pustakawan mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan.
2. Pentingya Kreativitas
Kreativitas sangat diperlukan dalam
pengembangan profesi. kreativitas harus didukung dengan kualitas pribadi yang
ditandai dengan penguasaan kompetensi, konsistensi terhadap pendiriannya,
kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki
komitmen yang kuat terhadap berbagai hal. Menumbuh dan meningkat kreativitas
menurut Robert Epstein memberikan empat cara untuk melatih kreativitas antara
lain:
1.
Capturing.
Jangan biarkan satupun ide lewat begitu saja, betapapun merasa ide itu tidak terlalu istimewa.
Jangan biarkan satupun ide lewat begitu saja, betapapun merasa ide itu tidak terlalu istimewa.
2.
Surrounding.
Ide-ide kreatif tidak muncul begitu saja dari dalam otak kita, melainkan hasil dari interaksi kita dengan lingkungan. Karena itu, lingkungan fisik dan sosial pun sebisa mungkin harus penuh dengan kreativitas pula. Perbanyaklah pergaulan dengan orang-orang yang latar belakang, kepribadian, atau minatnya jauh berbeda.
Ide-ide kreatif tidak muncul begitu saja dari dalam otak kita, melainkan hasil dari interaksi kita dengan lingkungan. Karena itu, lingkungan fisik dan sosial pun sebisa mungkin harus penuh dengan kreativitas pula. Perbanyaklah pergaulan dengan orang-orang yang latar belakang, kepribadian, atau minatnya jauh berbeda.
3.
Challenging
Kreativitas seringkali muncul mendadak saat menghadapi hambatan atau rintangan.
Kreativitas seringkali muncul mendadak saat menghadapi hambatan atau rintangan.
4.
Broadening
Sangat penting bagi seseorang yang kreatif untuk memiliki wawasan yang luas. Jangan sungkan untuk mempelajari hal-hal baru yang mungkin tidak berhubungan dengan pekerjaan atau pendidikan.
Sangat penting bagi seseorang yang kreatif untuk memiliki wawasan yang luas. Jangan sungkan untuk mempelajari hal-hal baru yang mungkin tidak berhubungan dengan pekerjaan atau pendidikan.
Sedangkan merujuk pada
pendapat Shakti Gawain dalam “Creative Visualization” (Creating Strategies
Inc.: 2002), para kreativitor perlu melewati empat tahapan proses untuk
menajamkan visinya, yaitu:
1.
Memiliki
tujuan yang jelas
2.
Memiliki
potret mental yang jelas dari sebuah obyek yang diinginkan
3.
Memiliki
ketahanan konsentrasi terhadap obyek atau tujuan, dan
4.
Memiliki energi, pikiran, keyakinan positif.
Jadi, dalam meningkat kreativitas
pustakawan sesuai dengan apa yang telah diuraikan oleh para pakar hal harus
dilakukan oleh pustakawan percaya diri, komitmen dan berbanyak membangun relasi
dengan professional lain seperti psikolog, programmer, penulis dan sebagainya.
lewat hal seperti itu pustakawang termotivasi serta mampu menangkap ide-ide
baru yang bisa diterapkan dalam dunia perpustakaan.
3. Strategi Meningkat Kreativitas
Kenapa perlu ada strategi dalam
meningkat kreativitas karena kreativitas merupakan kendaraan bagi pustakawan
untuk menjadi pemenang dalam segala bidang. ada beberapa startegi meningkat
kreativitas pustakawan sebagai berikut:
1.
Passion
Passion membuat seseorang punya fighting spirit /semangat juang. Passion akan me-munculkan kreativitas secara spontan. Tanpa passion, prestasi gemilang tidak dapat pustakawan raih.
Passion membuat seseorang punya fighting spirit /semangat juang. Passion akan me-munculkan kreativitas secara spontan. Tanpa passion, prestasi gemilang tidak dapat pustakawan raih.
2.
Time Manajement. Pengaturan waktu yang baik juga
akan memunculkan kreativitas. Karena itu, kita harus bekerja cerdas. Yaitu
dengan memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil
optimal. Keberhasilan dalam perpustakaan, tidak diukur berdasar lamanya waktu
kerja pustakawan. Tetapi pada hasil akhirnya, apakah sesuai harapan atau kriteria
yang ditetapkan oleh perpustakaan. Bekerja terus menerus tanpa diimbangi
istirahat cukup membuat otak pustakawan overload (kelebihan beban). Dengan
mengatur jam kerja serta jam istirahat dengan disiplin, aliran darah ke otak
tidak terhambat karena pustakawan memperoleh oksigen dengan sempurna. Saat
pustakawan merasa relaks, punya kesempatan untuk mengembang-kan ide baru.
3.
Networking
Pustakawan merupakan makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk bisa berinteraksi. Sesibuk apa pun pustakawan dalam dunia perpustakaan, pustakawan perlu upayakan tetap menyediakan waktu berkualitas untuk bertemu dengan berbagai kolega. Pertemuan tersebut mendatangkan energi kreativitas pustakawan. kreativitas yang lebih membumi, sesuai dengan kebutuhan zaman.
Pustakawan merupakan makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk bisa berinteraksi. Sesibuk apa pun pustakawan dalam dunia perpustakaan, pustakawan perlu upayakan tetap menyediakan waktu berkualitas untuk bertemu dengan berbagai kolega. Pertemuan tersebut mendatangkan energi kreativitas pustakawan. kreativitas yang lebih membumi, sesuai dengan kebutuhan zaman.
4.
Sense of Compotition. Banyak pustakawan merasa tidak
nyaman dikelilingi pesaingnya. Baik itu secara individu di tempat kerja maupun
terhadap lembaga itu sendiri. Padahal, berada di tengah-tengah pesaing, alarm
kewaspadaan pustakawan untuk ”selalu siaga” akan terus berbunyi. Pustakawan
pada Abad 21 tidak hidup dalam zona kenyamanan. Kreativitas akan lebih mudah
diting-katkan saat situasi pustakawan terjepit. Bila perlu carilah obyek yang
dapat dipakai untuk membangkitkan ”sense of competition” agar kreativitas
pustakawan senantiasa berkembang. Akhirnya pustakawan menjadi pemenang.
5.
Humility
Kerendahan hati merupakan sumber kreativitas. Sikap rendah hati membuat pustakawan selalu melakukan introspeksi dan koreksi terhadap semua aktivitasnya. Hanya dengan kerendahan hati pustakawan mau menerima teguran / masukan. Hanya dengan kerendahan hati pula pustakawan tidak merasa superior dalam wawasan tetap ”merasa kurang”, sehingga selalu mencari sumber pengetahuan dengan berbagai cara. Humility sangat berperan dalam meningkatkan kreativitas.
Kerendahan hati merupakan sumber kreativitas. Sikap rendah hati membuat pustakawan selalu melakukan introspeksi dan koreksi terhadap semua aktivitasnya. Hanya dengan kerendahan hati pustakawan mau menerima teguran / masukan. Hanya dengan kerendahan hati pula pustakawan tidak merasa superior dalam wawasan tetap ”merasa kurang”, sehingga selalu mencari sumber pengetahuan dengan berbagai cara. Humility sangat berperan dalam meningkatkan kreativitas.
Kesimpulan
Dari semua komponen dan segmen di atas dijelaskan. Maka
pustakawan harus pandai-pandai menangkap peluang sekitar perkembangan teknologi
informasi, harus selalu melihat perekembangan perpustakaan, harus mampu
mengamati perkembangan-perkembangan termasuk convergences dan melihat
perkembangan lingkungan local dan nasional. Kemudian pustakawan jangan
terkekang dengan lingkungan perpustakaan saja harus mampu berkoneksi dan
berjaring dengan profesi-profesi lainnya yang mampu membangkit kreativitas
seperti membangun jaringan dengan LSM, komunitas dan bahkan bakti social.
Pustakawan jangan takut dengan hal-hal baru yang dihadapi semua tantangan baru
pustakawan ada solusinya bahkan komitmen dengan kreativitas yang diciptakan.
Kreativitas juga dapat ditingkatkan dengan cara mencoba hal-hal baru untuk meningkatkan pengalaman. Lakukan setiap proses mencoba hal baru itu sebagai sebuah permainan, sehingga pustakawan merasa senang melakukannya, serta lebih siap menerima kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut. Perasaan senang itu merupakan kunci meningkatkan daya kreativitas. Serta pustakawan hendak selalu mengikuti secara continue pelatihan, pengembangan diri, dan melanjuti pendidikan tingkat tertinggi misal S3. Sebab di Indonesia hanya beberapa guru besar dalam jurusan perpustakaan bahkan ikut serta dalam penelitian ilmiah.
Kreativitas juga dapat ditingkatkan dengan cara mencoba hal-hal baru untuk meningkatkan pengalaman. Lakukan setiap proses mencoba hal baru itu sebagai sebuah permainan, sehingga pustakawan merasa senang melakukannya, serta lebih siap menerima kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut. Perasaan senang itu merupakan kunci meningkatkan daya kreativitas. Serta pustakawan hendak selalu mengikuti secara continue pelatihan, pengembangan diri, dan melanjuti pendidikan tingkat tertinggi misal S3. Sebab di Indonesia hanya beberapa guru besar dalam jurusan perpustakaan bahkan ikut serta dalam penelitian ilmiah.
Daftar Pustaka
______.
1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PetunjuStrategi
Meningkatkan Kreativitas
Pustakawan Di Abad 21
Pustakawan Di Abad 21