Welcome to my Blog

Sabtu, 25 Mei 2013

Pustakawan Abad 21


HASIL ANALISA PUSTAKAWAN ABAD 21
Pustakawan adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan kehidupan. Perubahan yang terus menerus secara global menuntut pustakawan beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi dan kondisi yang seringkali tidak dapat diprediksi. Tingkat keragaman dan kedalam permasalahan sangat tinggi karena berada dalam koridor konteks yang kompleks. pustakawan dituntut memikirkan dan bertindak dengan berbagai cara untuk dapat menguraikan kompleksitas tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantatangan, untuk itulah pustakawan membutuhkan kretaivitas. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci awal pustakawan memiliki kreativitas.
Pustakawan di Abad 21 menghadapi masalah semakin kompleks untuk mengatasi masalah ini, pustakawan perlu menghasilkan atau memikir suatu hal yang baru dalam dunia perpustakaan apakah mengkontruksi, inovoasi, presentatif dengan berbagai pendekatan. Pustakawan abad ke-21 harus memiliki keahlian yang memungkinkan pustakawan untuk mengeksplorasi kreativitas, untuk mencari dan mengevaluasi informasi kritis, untuk bekerja produktif sebagai pustakawan, dan untuk secara efektif mengkomunikasikan multi task kepada orang lain.
Kompetensi Pustakawan Abad 21
Kemajuan perpustakaan tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karenanya kreativitas perlu disalurkan. Dimana di era teknologi tidak lepas dari peran seorang pustakawan untuk kratif dalam berbagai kegiataan (multi Task) yang harus diterapakan dalam kehidupan seorang pustakawan. Pustakawan sebagai gawang peradaban informasi, mediator, fasilator harus mampu meningkat kreativitasnya. Bukan saatnya lagi pustakawan sebagai pelayan perpustakaan atau menunggu pelanggan yang meminjam jasa mereka. Bahwa peran pustakawan semakin berkembang dari waktu ke waktu tidak hanya melayani dan display buku. Namun peran pustakawan adalah MultiTask seperti hard skill yaitu penguasaan teknis dan detail bidang kepustakawanan serta keperpustakaan sedangkan soft skil yakni berkaitan dengan kemampuan berpikir strategis sebagai perumus kebijakan, wawasan masa depan (forward looking), dan kemampuan perencanaan strategis, kemampuan manajerial, kemampuan komunikasi publik, dan lainnya tentang perpustakaan.
Tujuan dari hal tersebut pustakawan mampu berkompetensi sehingga akan memberi citra positif pada pustakawan dan kinerja pustakawan meningkat. Dimana selama ini Stereotipe pustakawan sangat ironis seperti pustakawan adalah bekerja buangan karena anggapan masyarakat dipengaruhi oleh budaya kerja pustakawan misalanya kerja pustakawan hanya sebatas pelayanan dan tidak ramah pada penggunjung. Ini merupakan salah satu indikator pustakawan belum kreatif. Sedangkan kita tahu di Abad 21 diberbagai profesi mengutamakan serta menjunjungi tinggi nama kreativias dan inovatif. Peranan pustakawan turut mendistribusikan kretivitas dalam bidang informasi dan menjaga keterbelakangan masyarakat dari informasi serta teknologi yang berkembang cepat adalah kenyataan yang tidak dipungkiri agar pustakawan dapat melakukan produktifitasnya dalam segala bidang. Peranan ini akan dapat berhasil dan tepat guna apabila fungsi pustakawan menumbuhkan kreativitas dilakukan secara profesional.
Oleh sebab itu bagaimana pustakawan menciptakan suatu hal yang tak pernah terpikir oleh orang lain, sehingga mampu memberi kepuasaan kepada pelanggan serta mengangkat citra pustakawan dikenal maungnya ditengah masyarakat. Namun mencermati perkembangan di Abad 21 manajemen pustakawan dan kaitannya dengan kompetensi pustakawan menurut Hakrisyati Kamil (2005) bahwa pustakawan Indonesia pada umumnya memiliki keterbatasan antara lain:
1.       Kurang memiliki pengetahuan bisnis
2.      Pustakawan tidak memikili kemampuan untuk bergerak secara bersamaan dalam ruang lingkup informasi, organisasi dan sasaran organisasi
3.      Kemampuan kerjasama sebagai dalam kelompok dan juga kepemimpinannya tidak memadai untuk posisi strategis dan
4.      Kurang memiliki kemampuan manajerial.
Kemudian secara realitas kebanyakan pustakawan Indonesia tidak bangga berprofesi sebagai pustakawan yang bekerja diperpustakaan. Bagaimana untuk kreatif sedangkan mencintai dan mengatakan pustakawan saja kepada masyarakat luas bahwa “aku adalah pustakawan” saja sudah tidak berani. Sebab salah satu indakator mampu membangkit kreativitas adalah adanya dorongan (motivasi) mencintai profesinya. Melalui kecintai tersebutlah mampu membangkit kreativitas dan keasyikkan dalam bekerja. Pengakuan masyarakat terhadap profesi pustakawan juga dapat diciptakan melalui kepercayaan diri pustakawan baik secara akademis maupun secara profesional. Ada pertanyaan besar dalam masyarakat luas yang masih meragukan apakah pustakawan mampu menghadapi tantangan baru dan menjadi pustakawan kreatif di Abad 21?
1.      Katagori Kreativitas
Dalam hal ini, Rhodes mengategorikan kreativitas menjadi 4 (Dalam Utami, 2002:26) antara lain sebagai berikut:
1.      Person (pribadi kreatif), menjadi motor sekaligus pondasi bagi tumbuhnya aktivitas-aktivitas kreatif.
2.       Process (proses kreatif) menghasilkan atmosfir kerja untuk selalu menghasilkan ide-ide dalam mendukung aktivitas kreatif.
3.      Press (dorongan/ dukungan lingkungan), mempengaruhi variasi/ aneka ragam aktivitas kreatif.
4.      Product (produk kreatif), menjadi andalan bagi aktivitas kreatif untuk selalu dimanfaatkan pelanggan perpustakaan.
Kreativtias pustakawan tidak hanya dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan konseptual dan teoritikal mengenai berbagai masalah informasi dan masalah sosial yang terkait dan dengan kemampuan pustakawan analisis untuk menciptakan produk baru diperpustakaan. Hanya dengan berpikir secara teoritis yang berjenjang serta viosioner akan dapat meningkat kreativitas pustakawan. Pustakawan membutuhkan satu lembaga atau komunitas ilmiah maupun nonilmiah bagaimana cara mengkaji masalah-masalah meningkatkan strategi kreativitas pustakawan pada Abad 21. Melalui berbagai kegiatan penelitian, pengkajian, seminar yang dilakukannya oleh komunitas pustakawan mampu merekomendasikan kreatifitas objektif dapat dipertanggungawabkan. Sund (dalam Munandar 1987: 37) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif memiliki ciri-ciri berikut:
1.      Hasrat ingin tahu yang besar
2.      Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
3.      Panjang akal,
4.      Keinginan untuk menemukan dan meneliti,
5.      Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit,
6.      Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
7.      Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
8.      berfikir fleksibel
9.       Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung member jawaban lebih banyak
10.   Kemampuan membuat analisis dan sintesis
11.  Memiliki semangat bertanya serta meneliti
12.  Memiliki daya abstraksi yang cukup baik, dan
13.  Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
Secara definitif dapat ditarik sebuah benang merah bahwa kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Dari kedua bentuk sikap kreatif baik secara kognitif maupun afektif bagi pustakawan perlu dikembangkan. Hal ini dilatar belakangi pustakawan sebagai pengemas dan penyaji informasi yang bekerja secara aktif dan efektif.
Berdasarkan uraian di atas maka, kreativitas pustakawan yang menjadi fokus adalah bagaimana aplikasi pengembangan berfikir dan bersikap kreatif yang perlu dikembangkan pustakawan dalam mengelola perpustakaan sebagai pusat informasi. Sehingga adanya kreativitas pustakawan mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan.
2.       Pentingya Kreativitas
Kreativitas sangat diperlukan dalam pengembangan profesi. kreativitas harus didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal. Menumbuh dan meningkat kreativitas menurut Robert Epstein memberikan empat cara untuk melatih kreativitas antara lain:
1.      Capturing.
Jangan biarkan satupun ide lewat begitu saja, betapapun merasa ide itu tidak terlalu istimewa.
2.      Surrounding.
Ide-ide kreatif tidak muncul begitu saja dari dalam otak kita, melainkan hasil dari interaksi kita dengan lingkungan. Karena itu, lingkungan fisik dan sosial pun sebisa mungkin harus penuh dengan kreativitas pula. Perbanyaklah pergaulan dengan orang-orang yang latar belakang, kepribadian, atau minatnya jauh berbeda.
3.      Challenging
Kreativitas seringkali muncul mendadak saat menghadapi hambatan atau rintangan.
4.      Broadening
Sangat penting bagi seseorang yang kreatif untuk memiliki wawasan yang luas. Jangan sungkan untuk mempelajari hal-hal baru yang mungkin tidak berhubungan dengan pekerjaan atau pendidikan.
Sedangkan merujuk pada pendapat Shakti Gawain dalam “Creative Visualization” (Creating Strategies Inc.: 2002), para kreativitor perlu melewati empat tahapan proses untuk menajamkan visinya, yaitu:
1.      Memiliki tujuan yang jelas
2.      Memiliki potret mental yang jelas dari sebuah obyek yang diinginkan
3.      Memiliki ketahanan konsentrasi terhadap obyek atau tujuan, dan
4.       Memiliki energi, pikiran, keyakinan positif.
Jadi, dalam meningkat kreativitas pustakawan sesuai dengan apa yang telah diuraikan oleh para pakar hal harus dilakukan oleh pustakawan percaya diri, komitmen dan berbanyak membangun relasi dengan professional lain seperti psikolog, programmer, penulis dan sebagainya. lewat hal seperti itu pustakawang termotivasi serta mampu menangkap ide-ide baru yang bisa diterapkan dalam dunia perpustakaan.
3.      Strategi Meningkat Kreativitas
Kenapa perlu ada strategi dalam meningkat kreativitas karena kreativitas merupakan kendaraan bagi pustakawan untuk menjadi pemenang dalam segala bidang. ada beberapa startegi meningkat kreativitas pustakawan sebagai berikut:
1.      Passion
Passion membuat seseorang punya fighting spirit /semangat juang. Passion akan me-munculkan kreativitas secara spontan. Tanpa passion, prestasi gemilang tidak dapat pustakawan raih.
2.    Time Manajement. Pengaturan waktu yang baik juga akan memunculkan kreativitas. Karena itu, kita harus bekerja cerdas. Yaitu dengan memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil optimal. Keberhasilan dalam perpustakaan, tidak diukur berdasar lamanya waktu kerja pustakawan. Tetapi pada hasil akhirnya, apakah sesuai harapan atau kriteria yang ditetapkan oleh perpustakaan. Bekerja terus menerus tanpa diimbangi istirahat cukup membuat otak pustakawan overload (kelebihan beban). Dengan mengatur jam kerja serta jam istirahat dengan disiplin, aliran darah ke otak tidak terhambat karena pustakawan memperoleh oksigen dengan sempurna. Saat pustakawan merasa relaks, punya kesempatan untuk mengembang-kan ide baru.
3.      Networking
Pustakawan merupakan makhluk sosial yang punya kebutuhan untuk bisa berinteraksi. Sesibuk apa pun pustakawan dalam dunia perpustakaan, pustakawan perlu upayakan tetap menyediakan waktu berkualitas untuk bertemu dengan berbagai kolega. Pertemuan tersebut mendatangkan energi kreativitas pustakawan. kreativitas yang lebih membumi, sesuai dengan kebutuhan zaman.
4.      Sense of Compotition. Banyak pustakawan merasa tidak nyaman dikelilingi pesaingnya. Baik itu secara individu di tempat kerja maupun terhadap lembaga itu sendiri. Padahal, berada di tengah-tengah pesaing, alarm kewaspadaan pustakawan untuk ”selalu siaga” akan terus berbunyi. Pustakawan pada Abad 21 tidak hidup dalam zona kenyamanan. Kreativitas akan lebih mudah diting-katkan saat situasi pustakawan terjepit. Bila perlu carilah obyek yang dapat dipakai untuk membangkitkan ”sense of competition” agar kreativitas pustakawan senantiasa berkembang. Akhirnya pustakawan menjadi pemenang.
5.      Humility
Kerendahan hati merupakan sumber kreativitas. Sikap rendah hati membuat pustakawan selalu melakukan introspeksi dan koreksi terhadap semua aktivitasnya. Hanya dengan kerendahan hati pustakawan mau menerima teguran / masukan. Hanya dengan kerendahan hati pula pustakawan tidak merasa superior dalam wawasan tetap ”merasa kurang”, sehingga selalu mencari sumber pengetahuan dengan berbagai cara. Humility sangat berperan dalam meningkatkan kreativitas.
Kesimpulan
Dari semua komponen dan segmen di atas dijelaskan. Maka pustakawan harus pandai-pandai menangkap peluang sekitar perkembangan teknologi informasi, harus selalu melihat perekembangan perpustakaan, harus mampu mengamati perkembangan-perkembangan termasuk convergences dan melihat perkembangan lingkungan local dan nasional. Kemudian pustakawan jangan terkekang dengan lingkungan perpustakaan saja harus mampu berkoneksi dan berjaring dengan profesi-profesi lainnya yang mampu membangkit kreativitas seperti membangun jaringan dengan LSM, komunitas dan bahkan bakti social. Pustakawan jangan takut dengan hal-hal baru yang dihadapi semua tantangan baru pustakawan ada solusinya bahkan komitmen dengan kreativitas yang diciptakan.
Kreativitas juga dapat ditingkatkan dengan cara mencoba hal-hal baru untuk meningkatkan pengalaman. Lakukan setiap proses mencoba hal baru itu sebagai sebuah permainan, sehingga pustakawan merasa senang melakukannya, serta lebih siap menerima kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut. Perasaan senang itu merupakan kunci meningkatkan daya kreativitas. Serta pustakawan hendak selalu mengikuti secara continue pelatihan, pengembangan diri, dan melanjuti pendidikan tingkat tertinggi misal S3. Sebab di Indonesia hanya beberapa guru besar dalam jurusan perpustakaan bahkan ikut serta dalam penelitian ilmiah.


Daftar Pustaka
______. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PetunjuStrategi Meningkatkan Kreativitas
Pustakawan Di Abad 21

Tidak ada komentar: