Welcome to my Blog

Rabu, 26 Juni 2013

Sejarah perpustakaan di indonesia


Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien dari tahun 414M menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta.

Pada sekitar tahun 695 M,, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.Di pulau Jawa, sejarah perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini karena di kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai karya sastra. Karya-karya tersebut seperti Sang Hyang Kamahayanikan yang memuat uraian tentang agama Budha Mahayana. Menyusul kemudian sembilan parwasari cerita Mahabharata dan satu kanda dari epos Ramayana. Juga muncul dua kitab keagamaan yaitu Brahmandapurana dan Agastyaparwa. Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Dari uraian tersebut nyatabahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan dalam media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat khusus yaitu kerajaan. Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama menggubah kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga menggubah kitab Hariwangsa dan kitab Gatotkacasrayya. Selain itu ada Mpu Monaguna dengan kitab Sumanasantaka dan Mpu Triguna dengan kitam resnayana. Semua kitab itu ditulis diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan tetap berada dalam lingkungan keraton.

Periode berikutnya adalah Kerajaan Singosari. Pada periode ini tidak dihasilkan naskah terkenal. Kitab Pararaton yang terkenal itu diduga ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari. Pada jaman Majapahit dihasilkan dihasilkan buku Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Sedangkan Mpu Tantular menulis buku Sutasoma.

Pada Kegiatan penulisan dan penyimpanan naskah masih terus dilanjutkan oleh para raja dan sultan yang tersebar di Nusantara. Misalnya, jaman kerajaan Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Demak, Banten, Melayu, Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. Dari Cerebon diketahui dihasilkan puluhan buku yang ditulis sekitar abad ke-16 dan ke-17. . Perpustakaan mulai didirikan mula-mula ntuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 160 Indische Compaqnie) yaitu perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang dibangun sejak 1624. pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan atau interlibrary loan).

Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia.

Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an. Mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia (1927) dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia (1940). Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain.

Di samping perpustakaan yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan, namun boleh dibaca di tempat. Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa gedung penting, di antaranya Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen. Selama pendudukan Jepang openbareleeszalen ditutup. Volkbibliotheek dijarah oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 162 Weetenschappen, maka koleksi perpustakaan ini dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari Perpustakaan Nasional.

Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiriperpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen P & K.

Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf tersebut. Pada periode ini juga lahir Perpustakaan Negara yang berfungsi sebagaiperpustakaan umum dan didirikan di ibukota provinsi. Perpustakaan Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul Ambon (1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (Makassar) (1954); Padang (1956); Palembang (1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan, Pekanbaru dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan Nagara di Banjarmasin (1960); Manado (1961); Kupang dan Samarinda (1964). Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga instansi, yaitu Biro Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara teknis, Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan pemerintah daerah tingkat provinsi yang memberikan fasilitas.

Sumber: http://jaririndu.blogspot.com/2012/06/sejarah-perpustakaan-di-indonesia.html

10 Perpustakaan Terbesar di dunia


http://www.serupedia.com/2013/04/10-perpustakaan-terbesar-di-dunia.html

Minggu, 23 Juni 2013

Mendesain Perpustakaan Pribadi

Bagaimana  di Dalam Rumah?

Bagaimana cara merancang desain perpustakaan di dalam rumah pribadi? Ada banyak orang yang hobi membaca dan mengoleksi berbagai jenis buku namun kesulitan untuk menatanya. Jika Anda adalah salah satunya, tentu akan sangat menyenangkan bila hidup dengan dikelilingi buku-buku yang tertata rapi. Salah satu ide yang sering dilakukan oleh para pencinta buku adalah mendirikan sebuah perpustakan di rumah. Sebuah perpustakaan pribadi di mana Anda bisa mengatur buku-buku favorit Anda dan menghabiskan waktu bersamanya.
Tidak semudah mendesain ruangan lainnya, dalam membuat perpustakaan ini Anda perlu memperhatikan beberapa faktor yang bisa menjamin kenyamanan dan ketenangan selama Anda membaca. Berikut ini cara mudah untuk mengintegrasikan perpustakaan dengan interior rumah :
1. Menentukan Suasana Perpustakaan
Langkah pertama ini merupakan langkah dasar dalam membuat perpustakaan rumah. Anda perlu membuat gambaran terlebih dahulu mengenai bagaimana suasana perpustakaan yang ideal bagi Anda. Mulailah dengan mengatur pencahayaannya, membuat sketsa tata letak interiornya, penempatan aksesoris, pengaturan buku, dan lain-lain. Jangan lupa memperhatikan kesukaan anggota keluarga lain juga. Baru setelah semua daftar ini terkumpul, Anda sudah siap mendesainnya.
2. Menentukan Lokasi Perpustakaan
Langkah kedua ini bertujuan untuk menyesuaikan struktur desain rumah yang sudah Anda buat sebelumnya. Untuk rumah yang berukuran besar, tentu tidak sulit menentukan tempat yang paling pas dibuat perpustakaan. Sementara jika rumah Anda kecil, Anda bisa menjadikan ruang tamu sebagai ruang perpustakaan dengan menambahkan rak buku sebagai hiasan.
3. Menghitung Kebutuhan Tempat Penyimpanan Buku
Sebelum Anda memilih desain rak buku, cari tahu lebih dulu berapa banyak kapasitas buku yang diperlukan. Hitung jumlah buku yang sudah Anda miliki dan perkirakan buku-buku apa saja yang akan Anda bali dalam waktu setahun. Dengan cari ini, Anda bisa memilih rak yang sesuai dengan kebutuhan. Gunakan rak buku tinggi yang menyentuh langit-langit apabila buku yang dimiliki banyak banyak. Sebaliknya, untuk koleksi buku yang belum terlalu banyak pilih rak yang terbuka.
4. Memilih Desain Rak Buku yang Tepat
Pastikan rak yang dipilih mampu menjaga kondisi buku Anda, memiliki sirkulasi udara yang baik untuk menghindari kelembaban, memastikan buku-buku tersebut tidak hancur dan berjatuhan di lantai karena saling berdesakan. Biarkan lah desain rak buku terlihat sederhana dan hindari menambahkan ornamen-ornamen seperti ukiran kayu. Biarkan buku Anda yang menjadi hiasan interior.
5. Menentukan Warna Cat Dinding Ruangan
Untuk area perpustakan, Anda bebas menentukan warna cat dinding yang akan dipergunakan. Pilih jenis warna yang santai, terlebih warna tersebut merupakan favorit Anda. Boleh juga kombinasi warna hijau dan coklat untuk menciptakan kesan masa kecil Anda. Bahkan boleh menggunakan cat berwarna-warni yang harmonis.
6. Menambahkan Furnitur
Setelah urusan cat dinding beres, selanjutnya tambahkan beberapa furnitur untuk menciptakan kenyamanannya. Yang dimaksud furnitur di sini adalah selain rak buku, biasanya kursi dan meja yang digunakan saat membaca. Sesuaikan ukuran ruangan dengan jumlah furnitur yang digunakan. Letakkan furnitur di sudut yang paling nyaman. Pilih furnitur berdesain sederhana dan tambahkan lampu tepat di atas kursi utama agar terasa nyaman saat membaca.
7. Mengatur Tata Letak Furnitur di Ruangan
Untuk mengatur penempatan rak buku dan furnitur lainnya, Anda juga perlu memperhatikan berapa luas ruang gerak yang akan tersedia. Pastikan orang bisa berjalan dengan mudah di dalamnya, mudah dalam mencari buku, dan bisa membaca dengan tenang tanpa terganggu orang-orang di sekitarnya. Untuk menjaga kondisi buku Anda, boleh juga dengan memisahkan buku-buku baru dengan yang lama.
8. Pencahayaan yang Maksimal
Pencahayaan merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung proses membaca. Pada siang hari, Anda bisa memaksimalkan pencahayaan sinar matahari melalui desain rumah dengan posisi jendela yang tepat. Ketika malam tiba, anda bisa menggunakan cahaya lampu sebagai penerangnya. Pilih jenis lampu yang bisa diatur tingkat cahayanya. Sementara, untuk lampu dinding hanya cocok digunakan sebagai lampu hias saja.
Sumber:http://www.pemustaka.com/desain-perpustakaan-pribadi.html

Kata Kunci Penelusuran:

tata ruang perpustakaan ebook, BAGAIMANA CARA MEMBACA DI PERPUSTAAAN, gambar meja baca mandiri perpustakaan, membaca pustaka, tips menata perpustakaan, tata letak perpustakaan yang efektif, perpustakaan rumah, perpustakaan mini di rumah, pengklasifikasian buku untuk perpustakaan pribadi, menata perpustakaan

pengertian perpustakaan

Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tat susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Secara etimologis istilah perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka yang berarti buku, kitab.
Dalam bahasa asing dikenal dengan istilah library (Inggris), liber atau libri (Latin), bebliotheek (Belanda), bebliothek (Jerman), bibilotheque (Perancis), biblioteca (Spanyol) dan biblia (Yunani).
Perpustakaan mengandung arti (a) tempat, gedung yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan dan sebagainya, (b) koleksi buku, majalah dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari dan dibicarakan. Dari kata dasar itu kemudian menimbulkan istilah turunan lain seperti: bahan pustaka, pustakawan, kepustakaan, dan ilmu pengetahuan.
Ada beberapa pengertian perpustakaan menurut pakar, diantaranya sebagai berikut:
Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari satu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
Darmono memberikan pengertian perpustakaan sebagai salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.
Menurut P. Sumardji, perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis, tercetak maupun grafis lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape, dalam ruangan atau gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain sebagainya.
Menurut C. Larasati M ilburga, dkk., perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk dipergunakan secara berkesi nambungan oleh pemakai nya sebagai sumber informasi.
Pengertian perpustakaan sekolah merupakan turunan dari pengertian perpustakaan secara umum. Menurut Carter V. Good sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal, perpustakaan sekolah sebagai koleksi yang diorganisasikan di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru, yang dalam penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru.
Ibrahim Bafadal berpendapat bahwa perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku (non book material) yang diorganisasikan secara sistematis dalam suatu ruang sehingga dapat membantu murid-murid dan guru-guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut C. Larasati M ilburga, dkk, perpustakaan sekolah ialah suatu unit keja dari sebuah lembaga persekolahan yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka penunjang proses pendidikan yang diatur secara sistematis, untuk dipergunakan secara berkesinambungan sebagai sumber informasi untuk memperkembangkan dan memperdalam pengetahuan, baik oleh pendidik maupun yang dididik di sekolah tersebut.
Meskipun terlihat sedikit perbedaan, pendapat para ahli mengenai perpustakaan mengarah pada satu pengertian, bahwa koleksi yang ada di perpustakaan bukan hanya buku, akan tetapi juga koleksi non buku (non book material). Hal inilah yang membedakan pendapat Ibrahim Bafadal dengan pendapat-pendapat yang lain yang hanya menyebutkan bahan pustaka sebagai koleksi yang ada di perpustakaan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anatasia, Total Quality Management, (Jakarta: Andi Offset, 1995). Qalyubi Syihabuddin dkk., Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi, (U IN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994). Sudjatmo, Pengantar Perpustakaan, (Semarang: Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002). Fatah Syukur NC, Teknologi Pendidikan, (Semarang: RaSAIL, 2004). Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2001). P. Sumardji, Perpustakaan Organisasi dan Tatakerjanya, (Yogyakarta: Kanisi us, 1991). C. Larasati Milburga, et.all., Membina Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1986).
KONSEP PERPUSTAKAAN DIGITAL
  • Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang menciptakan sumber-sumber digital yang berasal dari dari koleksinya sendiridan menyediakannya untuk dapat diakses secara online untuk para pengguna virtual).
  • Perpustakaan digital berbeda dengan system temu kembali informasi (Information Retrieval System) karena perpustakaan digital mencakup lebih banyak jenis media, menyediakan kegunaan dan layanan tambahan dan mencakup jenis-jenis lain dari siklus hidup informasi, dari penciptaan hingga penggunaan.
  • Perpustakaan digital adalah koleksi sumber-sumber elektronik yang menyediakan akses langsung atau tidak langsung kepada koleksi dokumen yang diolah secara sistematis.
  • Perpustakaan digital adalah koleksi dokumen dalam bentuk elektronik yang terorganisir, tersedia baik di internet maupun CD-ROM. Pada internet, penggunasebuah perpustakaan digital ditingkatkan dengan koneksi yang lebih luas.
  • Perpustakaan digital adalah sarana untuk mengelola pengetahuan / informasi dalam format digital yang memungkinkan antarmuka pengguna secra interaktif dan mendukung pengajaran, riset dan pendidikan seumur hidup.
KUNTUNGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
  1. Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional.
  2. Institusi dapat berbagi koleksi digital.
  3. Koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal.
  4. Penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik.
  5. Nilai jangKa panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampainnya.mudah dalam mengakses, memproduksi, dan menyebarkannya.
  6. mendukung program pendidikan jarak jauh.
  7. Mudah, cepat, murah dengan jangkauan dunia.
About these adsandalicious.wordpress.com/2008/11/15/konsep-perpustakaan-digital/

Minggu, 16 Juni 2013

Cara membuat Perpustakaan Mini Di Rumah

1. Memiliki konsep yang unik Perpustakaan tak harus dibuat dengan ruangan khusus. Hanya dengan sekat ataupun dinding rendah, Anda sudah bisa memiliki ruang perpustakaan. Dengan konsep terbuka itu, Anda justru tak merasa terkurung di dalam ruangan. Ketahuilah bahwa konsep yang terbuka bisa mempengaruhi mood Anda untuk membaca. 2. Terdapat sirkulasi udara perpustakaan mungil Perpustakaan yang nyaman harus memiliki sirkulasi udara. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan penerangan ruangan dan pengaturan letak rak buku. Biarkan cahaya masuk ke dalam ruang perpustakaan itu agar suasananya lebih nyaman. 3. Terdapat penerangan Usahakan udara di dalam ruangan tidak panas dan tetap sejuk. Untuk penerangan, Anda juga bisa menggunakan lampu. Namun, letakkan di belakang Anda saat membaca agar mata tak cepat lelah. Tempatkan juga lampu di lokasi yang membuat ruangan menjadi luas dan nyaman. Lampu yang bisa Anda gunakan yaitu lampu neon. 4. Penataan buku yang benar Agar suasana dalam ruangan nyaman, Anda juga harus meletakkan rak buku di tempat yang benar. Walaupun ruangan tak begitu besar, namun ciptakan ruangan agar lebih terlihat luas. Salah satu caranya adalah meletakkan rak buku yang mungil dan bermuatan banyak. Buku harus menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Tujuannya adalah agar udara mengalir di celah antara rak dan dinding. 5. Menjaga kelembapan buku Dengan memberikan celah antara rak buku dan dinding bisa mempermudah Anda merawat dan menjaga kelembapan buku. Selain itu, Anda juga bisa memberikan pendingin ruangan agar buku tetap terjaga kelembapannya. Agar lebih irit, Anda juga bisa meletakkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar di pojok ruangan atau dekat sofa. Itulah cara membuat perpustakaan mini di rumah. Dengan adanya perpustakaan di rumah, Anda dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut. Dengan begitu, pengetahuan Anda dan anak akan semakin luas karena sering membaca buku di perpustakaan rumah. Bagaimana, Anda mau membuat perpustakaan di rumah?

Read more at: http://ciricara.com/2013/03/05/ciricara-cara-membuat-perpustakaan-mini-di-rumah/
Copyright © CiriCara.com
1. Memiliki konsep yang unik Perpustakaan tak harus dibuat dengan ruangan khusus. Hanya dengan sekat ataupun dinding rendah, Anda sudah bisa memiliki ruang perpustakaan. Dengan konsep terbuka itu, Anda justru tak merasa terkurung di dalam ruangan. Ketahuilah bahwa konsep yang terbuka bisa mempengaruhi mood Anda untuk membaca. 2. Terdapat sirkulasi udara perpustakaan mungil Perpustakaan yang nyaman harus memiliki sirkulasi udara. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan penerangan ruangan dan pengaturan letak rak buku. Biarkan cahaya masuk ke dalam ruang perpustakaan itu agar suasananya lebih nyaman. 3. Terdapat penerangan Usahakan udara di dalam ruangan tidak panas dan tetap sejuk. Untuk penerangan, Anda juga bisa menggunakan lampu. Namun, letakkan di belakang Anda saat membaca agar mata tak cepat lelah. Tempatkan juga lampu di lokasi yang membuat ruangan menjadi luas dan nyaman. Lampu yang bisa Anda gunakan yaitu lampu neon. 4. Penataan buku yang benar Agar suasana dalam ruangan nyaman, Anda juga harus meletakkan rak buku di tempat yang benar. Walaupun ruangan tak begitu besar, namun ciptakan ruangan agar lebih terlihat luas. Salah satu caranya adalah meletakkan rak buku yang mungil dan bermuatan banyak. Buku harus menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Tujuannya adalah agar udara mengalir di celah antara rak dan dinding. 5. Menjaga kelembapan buku Dengan memberikan celah antara rak buku dan dinding bisa mempermudah Anda merawat dan menjaga kelembapan buku. Selain itu, Anda juga bisa memberikan pendingin ruangan agar buku tetap terjaga kelembapannya. Agar lebih irit, Anda juga bisa meletakkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar di pojok ruangan atau dekat sofa. Itulah cara membuat perpustakaan mini di rumah. Dengan adanya perpustakaan di rumah, Anda dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut. Dengan begitu, pengetahuan Anda dan anak akan semakin luas karena sering membaca buku di perpustakaan rumah. Bagaimana, Anda mau membuat perpustakaan di rumah?

Read more at: http://ciricara.com/2013/03/05/ciricara-cara-membuat-perpustakaan-mini-di-rumah/
Copyright © CiriCara.com
1. Memiliki konsep yang unik Perpustakaan tak harus dibuat dengan ruangan khusus. Hanya dengan sekat ataupun dinding rendah, Anda sudah bisa memiliki ruang perpustakaan. Dengan konsep terbuka itu, Anda justru tak merasa terkurung di dalam ruangan. Ketahuilah bahwa konsep yang terbuka bisa mempengaruhi mood Anda untuk membaca. 2. Terdapat sirkulasi udara perpustakaan mungil Perpustakaan yang nyaman harus memiliki sirkulasi udara. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan penerangan ruangan dan pengaturan letak rak buku. Biarkan cahaya masuk ke dalam ruang perpustakaan itu agar suasananya lebih nyaman. 3. Terdapat penerangan Usahakan udara di dalam ruangan tidak panas dan tetap sejuk. Untuk penerangan, Anda juga bisa menggunakan lampu. Namun, letakkan di belakang Anda saat membaca agar mata tak cepat lelah. Tempatkan juga lampu di lokasi yang membuat ruangan menjadi luas dan nyaman. Lampu yang bisa Anda gunakan yaitu lampu neon. 4. Penataan buku yang benar Agar suasana dalam ruangan nyaman, Anda juga harus meletakkan rak buku di tempat yang benar. Walaupun ruangan tak begitu besar, namun ciptakan ruangan agar lebih terlihat luas. Salah satu caranya adalah meletakkan rak buku yang mungil dan bermuatan banyak. Buku harus menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Tujuannya adalah agar udara mengalir di celah antara rak dan dinding. 5. Menjaga kelembapan buku Dengan memberikan celah antara rak buku dan dinding bisa mempermudah Anda merawat dan menjaga kelembapan buku. Selain itu, Anda juga bisa memberikan pendingin ruangan agar buku tetap terjaga kelembapannya. Agar lebih irit, Anda juga bisa meletakkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar di pojok ruangan atau dekat sofa. Itulah cara membuat perpustakaan mini di rumah. Dengan adanya perpustakaan di rumah, Anda dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut. Dengan begitu, pengetahuan Anda dan anak akan semakin luas karena sering membaca buku di perpustakaan rumah. Bagaimana, Anda mau membuat perpustakaan di rumah?

Read more at: http://ciricara.com/2013/03/05/ciricara-cara-membuat-perpustakaan-mini-di-rumah/
Copyright © CiriCara.com
Dengan adanya perpustakaan di rumah, koleksi buku Anda juga tak menjadi berantakan. Perpustakaan di rumah tak harus memiliki ruangan yang luas. Anda bisa memiliki perpustakaan sendiri dengan cara yang sederhana, namun tetap nyaman. Bagaimana caranya? Berikut cara membuat perpustakaan mini di rumah: 1. Memiliki konsep yang unik Perpustakaan tak harus dibuat dengan ruangan khusus. Hanya dengan sekat ataupun dinding rendah, Anda sudah bisa memiliki ruang perpustakaan. Dengan konsep terbuka itu, Anda justru tak merasa terkurung di dalam ruangan. Ketahuilah bahwa konsep yang terbuka bisa mempengaruhi mood Anda untuk membaca. 2. Terdapat sirkulasi udara perpustakaan mungil Perpustakaan yang nyaman harus memiliki sirkulasi udara. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan penerangan ruangan dan pengaturan letak rak buku. Biarkan cahaya masuk ke dalam ruang perpustakaan itu agar suasananya lebih nyaman. 3. Terdapat penerangan Usahakan udara di dalam ruangan tidak panas dan tetap sejuk. Untuk penerangan, Anda juga bisa menggunakan lampu. Namun, letakkan di belakang Anda saat membaca agar mata tak cepat lelah. Tempatkan juga lampu di lokasi yang membuat ruangan menjadi luas dan nyaman. Lampu yang bisa Anda gunakan yaitu lampu neon. 4. Penataan buku yang benar Agar suasana dalam ruangan nyaman, Anda juga harus meletakkan rak buku di tempat yang benar. Walaupun ruangan tak begitu besar, namun ciptakan ruangan agar lebih terlihat luas. Salah satu caranya adalah meletakkan rak buku yang mungil dan bermuatan banyak. Buku harus menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Tujuannya adalah agar udara mengalir di celah antara rak dan dinding. 5. Menjaga kelembapan buku Dengan memberikan celah antara rak buku dan dinding bisa mempermudah Anda merawat dan menjaga kelembapan buku. Selain itu, Anda juga bisa memberikan pendingin ruangan agar buku tetap terjaga kelembapannya. Agar lebih irit, Anda juga bisa meletakkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar di pojok ruangan atau dekat sofa. Itulah cara membuat perpustakaan mini di rumah. Dengan adanya perpustakaan di rumah, Anda dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut. Dengan begitu, pengetahuan Anda dan anak akan semakin luas karena sering membaca buku di perpustakaan rumah. Bagaimana, Anda mau membuat perpustakaan di rumah?

Read more at: http://ciricara.com/2013/03/05/ciricara-cara-membuat-perpustakaan-mini-di-rumah/
Copyright © CiriCara.com
Dengan adanya perpustakaan di rumah, koleksi buku Anda juga tak menjadi berantakan. Perpustakaan di rumah tak harus memiliki ruangan yang luas. Anda bisa memiliki perpustakaan sendiri dengan cara yang sederhana, namun tetap nyaman. Bagaimana caranya? Berikut cara membuat perpustakaan mini di rumah: 1. Memiliki konsep yang unik Perpustakaan tak harus dibuat dengan ruangan khusus. Hanya dengan sekat ataupun dinding rendah, Anda sudah bisa memiliki ruang perpustakaan. Dengan konsep terbuka itu, Anda justru tak merasa terkurung di dalam ruangan. Ketahuilah bahwa konsep yang terbuka bisa mempengaruhi mood Anda untuk membaca. 2. Terdapat sirkulasi udara perpustakaan mungil Perpustakaan yang nyaman harus memiliki sirkulasi udara. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan penerangan ruangan dan pengaturan letak rak buku. Biarkan cahaya masuk ke dalam ruang perpustakaan itu agar suasananya lebih nyaman. 3. Terdapat penerangan Usahakan udara di dalam ruangan tidak panas dan tetap sejuk. Untuk penerangan, Anda juga bisa menggunakan lampu. Namun, letakkan di belakang Anda saat membaca agar mata tak cepat lelah. Tempatkan juga lampu di lokasi yang membuat ruangan menjadi luas dan nyaman. Lampu yang bisa Anda gunakan yaitu lampu neon. 4. Penataan buku yang benar Agar suasana dalam ruangan nyaman, Anda juga harus meletakkan rak buku di tempat yang benar. Walaupun ruangan tak begitu besar, namun ciptakan ruangan agar lebih terlihat luas. Salah satu caranya adalah meletakkan rak buku yang mungil dan bermuatan banyak. Buku harus menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Tujuannya adalah agar udara mengalir di celah antara rak dan dinding. 5. Menjaga kelembapan buku Dengan memberikan celah antara rak buku dan dinding bisa mempermudah Anda merawat dan menjaga kelembapan buku. Selain itu, Anda juga bisa memberikan pendingin ruangan agar buku tetap terjaga kelembapannya. Agar lebih irit, Anda juga bisa meletakkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar di pojok ruangan atau dekat sofa. Itulah cara membuat perpustakaan mini di rumah. Dengan adanya perpustakaan di rumah, Anda dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut. Dengan begitu, pengetahuan Anda dan anak akan semakin luas karena sering membaca buku di perpustakaan rumah. Bagaimana, Anda mau membuat perpustakaan di rumah? (NR)

Read more at: http://ciricara.com/2013/03/05/ciricara-cara-membuat-perpustakaan-mini-di-rumah/
Copyright © CiriCara.com
Dengan adanya perpustakaan di rumah, koleksi buku Anda juga tak menjadi berantakan. Perpustakaan di rumah tak harus memiliki ruangan yang luas. Anda bisa memiliki perpustakaan sendiri dengan cara yang sederhana, namun tetap nyaman. Bagaimana caranya? Berikut cara membuat perpustakaan mini di rumah: 1. Memiliki konsep yang unik Perpustakaan tak harus dibuat dengan ruangan khusus. Hanya dengan sekat ataupun dinding rendah, Anda sudah bisa memiliki ruang perpustakaan. Dengan konsep terbuka itu, Anda justru tak merasa terkurung di dalam ruangan. Ketahuilah bahwa konsep yang terbuka bisa mempengaruhi mood Anda untuk membaca. 2. Terdapat sirkulasi udara perpustakaan mungil Perpustakaan yang nyaman harus memiliki sirkulasi udara. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan penerangan ruangan dan pengaturan letak rak buku. Biarkan cahaya masuk ke dalam ruang perpustakaan itu agar suasananya lebih nyaman. 3. Terdapat penerangan Usahakan udara di dalam ruangan tidak panas dan tetap sejuk. Untuk penerangan, Anda juga bisa menggunakan lampu. Namun, letakkan di belakang Anda saat membaca agar mata tak cepat lelah. Tempatkan juga lampu di lokasi yang membuat ruangan menjadi luas dan nyaman. Lampu yang bisa Anda gunakan yaitu lampu neon. 4. Penataan buku yang benar Agar suasana dalam ruangan nyaman, Anda juga harus meletakkan rak buku di tempat yang benar. Walaupun ruangan tak begitu besar, namun ciptakan ruangan agar lebih terlihat luas. Salah satu caranya adalah meletakkan rak buku yang mungil dan bermuatan banyak. Buku harus menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Tujuannya adalah agar udara mengalir di celah antara rak dan dinding. 5. Menjaga kelembapan buku Dengan memberikan celah antara rak buku dan dinding bisa mempermudah Anda merawat dan menjaga kelembapan buku. Selain itu, Anda juga bisa memberikan pendingin ruangan agar buku tetap terjaga kelembapannya. Agar lebih irit, Anda juga bisa meletakkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar di pojok ruangan atau dekat sofa. Itulah cara membuat perpustakaan mini di rumah. Dengan adanya perpustakaan di rumah, Anda dan keluarga bisa menghabiskan waktu bersama di ruangan tersebut. Dengan begitu, pengetahuan Anda dan anak akan semakin luas karena sering membaca buku di perpustakaan rumah. Bagaimana, Anda mau membuat perpustakaan di rumah? (NR)

Read more at: http://ciricara.com/2013/03/05/ciricara-cara-membuat-perpustakaan-mini-di-rumah/
Copyright © CiriCara.com

Sejarah Perpustakaan Nasional Indonesia

Sejarah Perpusnas bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778. Lembaga ini adalah pelopor Perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950.



Perpustakaan Nasional RI di Jalan Salemba 27. Jakarta Pusat. Gedung utama.
Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
  • Perpustakaan Museum Nasional;
  • Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS);
  • Perpustakaan wilayah DKI Jakarta;
  • Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan;
Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun 1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl. Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum Nasional.
Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m² lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat, merupakan lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama di Indonesia ketika zaman kolonial. Bangunan sekolah inilah yang kemudian setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan dilayankan untuk umum.
Dengan selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl. Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989.
Namun, sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh Presiden RI melalui keputusan presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan) yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl. Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.
Dengan semakin bertambahnya beban tugas dan sejalan dengan kiat Perpusnas dalam menerapkan layanan prima kepada masyarakat, maka diterbitkanlah Keputusan PresidenNomor 50 Tahun 1997 tertanggal 29 Desember 1997. Keppres ini menyempurnakan susunan organisasi, tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional guna mengantisipasi era globalisasi informasi yang sudah kian mendekat. Di antara penyempurnaan tersebut adalah menciptakan jabatan deputi setingkat eselon IB dan menaikkan status Perpustakaan Nasional Provinsi (d.h. Perpustakaan Daerah) menjadi eselon II. Melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, Hernandono, MA, MLS, menjadi kepala Perpusnas sejak Oktober 1998.
Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perpustakaan Tertua Di Dunia

Perpustakaan Vatikan


 
 
Perpustakaan Vatikan (Latin: Bibliotheca Apostolica Vaticana) adalah perpustakaan milik Tahta Suci yang sekarang berada di kota Vatikan. Perpustakaan ini adalah salah satu perpustakaan tertua di dunia dan menyimpan salah satu koleksi penting dalam tulisan-tulisan bersejarah. Secara resmi didirikan pada tahun 1475, walaupun perpustakaan ini telah ada jauh sebelumnya, Perpustakaan Vatikan memiliki 75.000 buku dari sepanjang sejarah. Dari Bulan Juli 2007 perpustakaan ini tutup sementara bagi publik untuk pembangunan kembali, yang direncanakan akan selesai pada Bulan September 2010.

Periode Sejarah

Para cendekiawan/ti telah lama membagi sejarah Perpustakaan Vatikan ke dalam lima periode:
  • Pra-Lateran: Tahun-tahun pertama perpustakaan ini, dihitung dari masa-masa awal Gereja, sebelum perpustakaan ini pindah ke Istana Lateran; Hanya ada jumlah yang sangat sedikit yang tersisa dari periode ini, walaupun beberapa diantaranya sangat penting.
  • Lateran: Berlangsung hingga akhir abad ke-13 dan pemerintahan Paus Bonifasius VIII.
  • Avignon: Periode ini menghasilkan pertumbuhan jumlah koleksi buku dan penyimpanan catatan dari para paus yang menetap di Avignon, Perancis selatan, yang luar biasa dari waktu wafatnya Paus Bonifasius VIII dan tahun 1370-an ketika tahta kepausan kembali ke Roma.
  • Pra-Vatikan: Dari sekitar tahun 1370 hingga tahun 1446 perpustakaan ini terpisah-pisah, dengan bagian-bagian koleksinya di Roma, Avignon, dan tempat-tempat lainnya.
  • Vatikan: Mulai dari sekitar tahun 1448 ketika perpustakaan ini pindah ke Vatikan dan memulai kelangsungan sejarahnya hingga hari ini.

Pembangunan Perpustakaan Vatikan

Paus Nikolas V meresmikan perpustakaan ini di Vatikan pada tahun 1448 dengan menggabungkan sekitar 350 buku berbahasa Yunani, Latin dan Ibrani yang merupakan warisan dari para pendahulunya dengan koleksi dan akuisisinya yang berjumlah cukup banyak, diantarnya manuskrip-manuskrip dari perpustakaan kekaisaran Konstantinopel. Biblioteca Apostolica Vaticana sendiri berdiri pada tahun 1475.
Ketika pengurus perpustakaan pertama, Bartolomeo Platina, membuat sebuah daftar pada tahun 1481, perpustakaan ini telah menyimpan 3500 benda, membuatnya sebagai perpustakaan terbesar di dunia barat. Sekitar tahun 1587, Paus Sixtus V memerintahkan arsitek Domenico Fontana untuk membangun sebuah bangunan baru bagi perpustakaan ini. Bangunan ini masih ada hingga hari ini. Buku-buku yang dimilikinya dipajang dan dirantai pada bangku-bangku panjang.

Hibah dan Akuisisi

Perpustakaan Vatikan diperkaya dengan materi yang berasal dari hibah dan akuisisi yang terjadi selama berabad-abad.
Pada tahun 1623, koleksi Perpustakaan Palatine dari Heidelberg yang dimiliki secara turun-temurun yang memiliki sekitar 3500 manuskrip diberikan kepada Vatikan oleh Maximilian I, Bangsawan Bavaria (yang baru saja memperolehnya sebagai barang pampasan dalam Perang Tiga Puluh Tahun) sebagai tanda terima kasih atas manuver politik Paus Gregorius XV yang cerdik yang berhasil mempertahan kedudukannya dari persaingannya melawan calon-calon dari kaum Protestan. Sebanyak 39 manuskrip Heidelberg dikirimkan ke Paris pada tahun 1797 dan dikembalikan ke Heidelberg saat terjadinya Perjanjian Paris Tahun 1815, dan sebagai hadiah dari Paus Pius VII yang merupakan bagian dari 852 manuskrip yang dikembalikan pada tahun 1816, termasuk diantaranya Buku (codex) Manesse. Selain dari itu, koleksi Perpustakaan Palatine tetap berada di Perpustakaan Vatikan hingga hari ini.
Pada tahun 1657 manuskrip-manuskrip para bangsawan Urbino diperoleh. Pada tahun 1661 cendekiawan Yunani Leo Allatius diangkat sebagai pengurus perpustakaan. Christina dari Swedia menyaksikan perpustakaan pribadinya, yang secara tidak resmi merupakan keseluruhan koleksi perpustakaan kerajaan Swedia saat itu, menjadi bagian dari Perpustakaan Vatikan pada saat wafatnya pada tahun 1689.

Koleksi 

Saat ini, Perpustakaan Vatikan menyimpan sekitar 75.000 manuskrip dan lebih dari 1,1 juta buku cetakan, termasuk 8500 incunabula (buku-buku yang dicetak di Eropa sebelum tahun 1501). Arsip Rahasia Vatikan dipisahkan dari perpustakaan ini pada awal abad ke-17. Tempat arsip ini menyimpan 150.000 benda lainnya.
Salah satu koleksi perpustakaan yang paling terkenal adalah Codex Vaticanus, manuskrip kitab suci yang hampir lengkap dan yang merupakan manuskrip tertua semacamnya. Sejarah Rahasia Procopius diketemukan di dalam perpustakaan dan diterbitkan pada tahun 1623.
Sebuah cerita rakyat yang seringkali diceritakan berulang-ulang adalah bahwa Perpustakaan Vatikan menyimpan koleksi pornografi terbesar di dunia. Cerita ini adalah tidak benar. Perpustakaan ini memiliki materi pornografi yang sangat sedikit, sebagian besar diantaranya adalah cetakan dari karya-karya yang terdapat di dalam Index Librorum Prohibitorum, atau daftar buku-buku yang dilarang oleh Gereja Katolik Roma. Terdapat juga beberapa karya seni yang sedikit erotis, namun hanya sedikit karya-karya jenis tersebut yang muncul semenjak zaman Renaissance.
Perpustakaan Vatikan adalah sebuah perpustakaan penelitian dalam bidang sejarah, hukum, filosofi, ilmu pengetahuan dan teologi, terbuka bagi siapa saja yang mampu menunjukkan kualifikasi mereka dan mengapa penelitian mereka butuh untuk melihat koleksi perpustakaan secara langsung. Fotokopi dari halaman-halaman buku yang terbit antara tahun 1801 hingga 1990 untuk bahan pelajaran pribadi dapat diminta langsung ke perpustakaan atau lewat pos.
Perpustakaan Vatikan tutup dari tanggal 17 Juli 2007 hingga bulan September 2010.
Sekolah Ilmu Perpustakaan memiliki hubungan dengan Perpustakaan Vatikan. Pada tahun 1959, Perpustakaan Film didirikan. Perpustakaan ini berbeda dengan Perpustakaan Film Vatikan yang didirikan pada tahun 1953 di St. Louis (Missouri) Amerika Serikat.

Manuskrip

Beberapa manuskrip penting yang dimiliki Perpustakaan Vatikan antara lain:
Manuskrip Penjelasan:
  • Vergilius Vaticanus
  • Vergilius Romanus
  • Injil Barberini
  • Gulungan Joshua
  • De arte venandi cum avibus
  • Buku Doa Kroasia Vatikan
Teks:
  • Codex Vaticanus

Kepala Perpustakaan Vatikan Sejak 1830

  • Giuseppe Cardinal Albani (23 April 1830 - 3 Desember 1834)
  • Angelo Cardinal Mai (27 Juni 1853 - 9 September 1854)
  • Antonio Cardinal Tosti (13 Januari 1860 - 20 Maret 1866)
  • Jean-Baptiste-François Pitra (19 Januari 1869 - 12 Mei 1879)
  • Alfonso Capecelatro di Castelpagano ( 1899 - 11 November 1912)
  • Francis Aidan Gasquet (9 Mei 1919 - 5 April 1929)
  • Franz Ehrle (17 April 1929 - 31 Maret 1934)
  • Giovanni Mercati (1936 - 1957)
  • Eugène-Gabriel-Gervais-Laurent Tisserant (14 September 1957 - 27 Maret 1971 )
  • Antonio Cardinal Samore (25 Januari 1974 - 3 Februari 1983)
  • Alfons Maria Cardinal Stickler (8 September 1983 - 1 Juli 1988)
  • Antonio María Javierre Ortas (1 Juli 1988 - 24 Januari 1992)
  • Luigi Cardinal Poggi (9 April 1992 - 7 Maret 1998 )
  • Jorge María Mejía (7 Maret 1998 - 24 November 2003)
  • Jean-Louis Cardinal Tauran (24 November 2003 - 25 Juni 2007)
  • Raffaele Farina (25 Juni 2007 - )
Jabatan Kepala Perpustakaan Vatikan juga memegang jabatan Kepala Arsip Rahasia Vatikan semenjak tahun 1957